Selasa, 03 Juli 2012

TAHAPAN-TAHAPAN DAKWAH ISLAM MASA HIDUP NABI MUHAMMAD SAW

TAHAPAN-TAHAPAN DAKWAH ISLAM MASA HIDUP NABI MUHAMMAD SAW. Bagian Kedua

Didin Faqihuddin
Alumnus Fakultas Adab UIN Jakarta-PPS. UIN Bandung
Dakwah Secara Terang-terangan
Ibnu Hisyam dalam kitab Sirah-nya menulis bahwa ketika sudah banyak penduduk Mekkah, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah memeluk Islam, maka nama “Islam” mulai banyak disebut orang di Mekkah. Maka Allah kemudian memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menyampaikan dakwah Islam secara terang-terangan. Masa antara Nabi menyampaikan dakwah secara sembunyi-sembunyi dengan datangnya perintah Allah untuk melakukan dakwah secara terang-terangan adalah tiga tahun sejak pengangkatannya sebagai rasul. Allah berfirman: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. al-Hijr [15]: 94) juga: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. al-Syu’ara [26]: 214)
Setelah itu, Nabi langsung merespon perintah Allah ini dengan menaiki puncak bukit Shafa dan menyeru: “Wahai Bani Fahr, wahai Bani ‘Uday”, sampai kemudian orang-orang berkumpul. Mereka yang tidak sempat hadir, mengirim utusan untuk mengetahui apa yang terjadi. Nabi mulai berkata: “Bagaimana pendapat kalian sekiranya aku kabarkan  bahwa di sebelah bukit ini ada satu pasukan yang hendak menyerang kalian, apakah kalian percaya?” Mereka menjawab: “ Kami tidak sekalipun pernah melihat engkau berdusta”. Nabi Muhammad lalu berkata: “Aku memperingatkan kalian dari azab yang sangat pedih”. Tiba-tiba Abu Lahab memaki: “Celaka engkau hai Muhammad sepanjang hari ini. Apakah cuma untuk ini, kamu mengundang kami semua?” Tidak lama setelah peristiwa ini, turunlah Surat al-Lahab.
Setelah itu Nabi turun, dan dalam rangka merespon perintah QS. al-Syu’ara [26]: 214, beliau lalu mengumpulkan keluarganya dan berkata: “Wahai Bani Ka’b bin Lua’ay, jagalah diri kalian dari api neraka; Wahai Bani Abdi Syams, jagalah diri kalian dari api neraka; Wahai Bani Abdi Manaf, jagalah diri kalian dari api neraka; Wahai Bani Abdil Muththalib, jagalah diri kalian dari api neraka; Wahai Fatimah, jagalah dirimu dari apai neraka, karena sesunggunya aku tidak memiliki apa-apa untuk membantu kalian di hadapan Allah”.
Respon yang diberikan oleh orang-orang Quraisy terhadap dakwah Nabi Muhammad yang sudah terang-terangan ini adalah respon negatif. Mereka beralasan tidak bisa meninggalkan keyakinan yang telah mereka wariskan secara turun temurun. Dalam hal ini, Nabi mengingatkan mereka untuk membebaskan pikiran mereka dari belenggu tradisi taklid buta, untuk kemudian beralih menggunakan akal sehat mereka. Nabi Muhammad mengingatkan bahwa patung-patung yang mereka sembah itu sama sekali tidak memberikan manfaat atau mudharat apapun bagi kehidupan mereka. Pewarisan terhadap nenek moyang untuk menyembah patung-patung itu bukanlah alasan bagi mereka untuk menerimanya tanpa reserve. Alquran menyinggung hal ini demikian: “Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. mereka menjawab: “Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS. al-Maidah [5]: 104)
Manakala orang-orang Arab itu melihat Nabi Muhammad (baca: Alquran) mendeskripsikan ibadah mereka hanya sekedar taklid buta, apalgi nenek moyang mereka disebut-sebut sebagai orang-orang tidak berakal, merekapun menjadi marah dan mulai memusuhi Nabi Muhammad. Wallahu A’lam.
Palu, 19 November 2010
Kampus STAIN Datokarama
Referensi: Fiqh al-Sirah, Said Ramdhan al-Bhuthi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar