Asal usul Shalawat Badar
Asal usul Shalawat Badar
Qosidah Sholawat Badr dapat di dengar/unduh di http://rahmatns.multiply.com/music/item/285/Haul_Syuhada_Badr_AlKubro_Nuzulul_Quran
Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama
Allah, dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin
teristimewanya para pejuang Badar. Sholawat ini adalah hasil karya
Kiyai Ali Manshur, yang merupakan cucu Kiyai Haji Muhammad Shiddiq,
Jember. Oleh itu, Kiyai 'Ali Manshur adalah anak saudara/keponakan
Kiyai Haji Ahmad Qusyairi, ulama besar dan pengarang kitab ""Tanwir
al-Hija" yang telah disyarahkan oleh ulama terkemuka Haramain, Habib
'Alawi bin 'Abbas bin 'Abdul 'Aziz al-Maliki al-Hasani, dengan jodol
"Inarat ad-Duja".
Diceritakan bahwa asal mula karya ini ditulis oleh Kiyai 'Ali Manshur
sekitar tahun 1960an, pada waktu umat Islam Indonesia menghadapi fitnah
Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kiyai 'Ali adalah Kepala
Kantor Departemen Agama Banyuwangi dan juga seorang Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama di situ. Keadaan politik yang mencekam saat itu dan
kebejatan PKI yang merajalela membunuh massa, bahkan banyak kiyai yang
menjadi mangsa mereka, maka terlintaslah di hati Kiyai 'Ali, yang
memang mahir membuat syair 'Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo
Kediri, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon
bantuan Allah SWT untuk meredam fitnah politik saat itu bagi kaum
muslimin khususnya Indonesia. Dalam keadaan tersebut, Kiyai 'Ali
tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia
berjubah putih - hijau, dan pada malam yang sama juga, isteri beliau
bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w. Setelah siang, Kiyai 'Ali langsung
pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi dan menceritakan
kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahwa manusia-manusia
berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib
yang mulia tersebut, Kiyai 'Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah
syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu
malamnya, Kiyai 'Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang
kemudiannya dikenali sebagai "Sholawat al-Badriyyah" atau "Sholawat
Badar".maka terjadilah hal yang mengherankan keesokan harinya,
orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan
bahan makanan lain. Mereka menceritakan bahwa pada waktu pagi shubuh
mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke
rumah Kiyai 'Ali untuk membantunya kerana akan ada suatu acara diadakan
di rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa barang
tersebut menurut kemampuan masing-masing. yang lebih mengherankan lagi
adalah pada malam harinya, ada beberapa orang asing yang membuat
persiapan acara tersebut namun kebanyakan orang-orang yang tidak
dikenali siapa mereka.
Menjelang keesokan pagi harinya, serombongan habaib yang diketuai oleh
Habib 'Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke
rumah Kiyai 'Ali tanpa memberi tahu terlebih dahulu akan kedatangannya.
Tidak tergambar kegembiraan Kiyai 'Ali menerima para tamu istimewanya
tersebut. Setelah memulai pembicaraan tentang kabar dan keadaan
Muslimin, tiba-tiba Habib 'Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang
ditulis oleh Kiyai 'Ali tersebut. Tentu saja Kiyai 'Ali terkejut karena
hasil karyanya itu hanya diketahui dirinya sendiri dan belum
disebarkan kepada seorangpun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah salah
satu kekeramatan Habib 'Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu
tanpa banyak bicara, Kiyai 'Ali Manshur mengambil kertas karangan syair
tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang
lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk
sambil menitiskan air mata karena terharu. Setelah selesai dibacakan
Sholawat Badar oleh Kiyai 'Ali, Habib 'Ali menyerukan agar Sholawat
Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI. Maka
sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai 'Ali tersebut. Selanjutnya, Habib
'Ali Kwitang telah mengundan para ulama dan habaib ke Kwitang untuk
satu pertemuan, salah seorang yand diundang diantaranya ialah Kiyai
'Ali Manshur bersama pamannya Kiyai Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan
tersebut, Kiyai 'Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat
al-Badriyyah gubahannya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar
luaslah Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan
populer dalam majlis-majlis ta'lim dan pertemuan.
Maka tak heran bila sampai sekarang Shalawat Badar selalu Populer. di
Majelis Taklim Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi sendiri di Kwitang
tidak pernah tinggal pembacaan Shalawat Badar tersebut setiap
minggunya. untuk lebih lengkapnya tentang cerita ini teman2 milis MR
dan teman temanku seiman dapat membaca buku yang berjudul "ANTOLOGI
Sejarah Istilah Amaliah Uswah NU" yang disusun oleh H. Soeleiman Fadeli
dan Muhammad Subhan. semoga Allah memberikan sebaik-baik ganjaran dan
balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib yang berperan
serta mempopulerkan Shalawat tersebut kepada kita kaum muslimin.
Al-Fatihah.....
Shalatullah salamullah ala toha rasulillah
Shalatullah salamullah ala yasin habibillah…
Hampir bisa dipastikan semua orang Nahdlatul Ulama kenal dengan
shalawat ini – Shalawat Badar. Shalawat ini adalah shalawat yang banyak
sekali faedahnya, menjadi sumber kekuatan dan pertolongan dan wasilah
kepada Rasulullah SAW. Tetapi tak banyak yang tahu bahwa shalawat ini
diilhamkan kepada seorang Kyai asli Indonesia dari NU, yakni Kyai Ali
Mansur, yang semasa hidupnya menjabat sebagai pengurus NU Banyuwangi,
Jatim.
Saat itu sekitar tahun 1960-an. Kyai Mansur gelisah karena memikirkan
pergolakan politik yang makin kacau; orang-orang PKI makin kuat di
daerah pedesaan, sedangkan warga NU terdesak. Pada suatu malam beliau
bermimpi didatangi sekelompok Habaib berpakaian putih-hijau, dan pada
saat yang sama istrinya bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau
menanyakan mimpi ini kepada seorang Habib ahli kasyaf, Habib Hadi
al-Haddar Banyuwangi. Oleh Habib dijawab bahwa itu adalah para pahlawan
perang Badar.
Dua mimpi istimewa suami-istri ini menjadikan dirinya memperoleh ilham
untuk menulis syair dan shalawat. Yang lebih aneh, esok harinya
tetangga berdatangan membawa banyak bahan makanan, seolah-olah akan ada
acara besar. Para tetangga ini bercerita bahwa pagi-pagi buta rumah
mereka diketuk oleh orang-orang berjubah putih yang memberi tahu bahwa
Kyai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Kyai Ali Mansur bingung karena
tak punya hajatan besar apapun; namun para tetangga bergotong royong
memasak di dapur sampai malam, siap-siap menyambut kedatangan tamu esok
pagi.
Pagi hari, Kyai Ali Mansur duduk di rumahnya sambil bertanya-tanya
siapa tamunya.. Lalu menjelang matahari muncul datanglah serombongan
habaib dipimpin oleh Habib Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang,
Jakarta.
Setelah mereka berbincang, Habib Ali Kwitang bertanya kepada Kyai
Mansur “mana syair yang ente buat kemarin? Mohon bacakan dan lagukan di
depan kami semua.” Kyai Ali Mansur kaget karena Habib Ali tahu apa
yang dikerjakannya kemarin malam, padahal beliau belum bercerita kepada
siapapun dan lagipula baru kali ini Habib Ali Kwitang datang jauh-jauh
dari Jakarta ke Banyuwangi.
Kyai Ali Mansur kemudian membacakan syair itu sambil dilagukan. Dan
memang Kyai yang satu ini suaranya sangat bagus. Para habaib
mendengarkan, dan tak lama kemudian mereka menangis. Selesai dibaca,
Habib Ali Kwitang berdiri dan berkata, “Ya Akhi, mari kita lawan
Genjer-genjer PKI dengan Shalawat Badar!” Kemudian Kyai Ali Mansur
diundang ke Kwitang untuk mempopulerkan Shalawat Badar di sana.
Karena itulah bacaan Shalawat Badar ini sering dipakai dalam istigotsah
dan sering diamalkan para santri yang sedang menghadapi berbagai
kesulitan. Meski sebagian kalangan non-NU menganggap shalawat ini
bid’ah, namun dalam kenyataannya, para Wali Allah tak menganggapnya
bid’ah dan bahkan mengakui dan mengamalkannya, seperti dicontohkan oleh
ulama besar Habib Ali Kwitang.
Mudah2an kita diberi kelapangan dan kemampuan oleh Allah untuk
mengamalkannya, membebaskan segala duka cita kita lantaran berkah Rasul
dan para pahlawan badar…
Ilahi sallimil ummah minal aafati wan niqmah
wa min hamin wamin ghummah, bi ahlil badri yaa Allah….
Membaca Shalawat untuk Nabi
Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang
NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”,
ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi.
Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya.
Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah
sekaligus ibadah.
Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah:
Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan
membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat
baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa
disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.
Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir
setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat
dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang
bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan
kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.
Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di
kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit
dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan
pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan
mengadu kepada-Nya.
Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah
Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika
mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin
menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis
untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa
yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para
ahli yang tahu rahasia alam.
Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis
shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak
akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan
orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)
Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:
وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال
َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ
يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي
اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ
مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال –
وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ
الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا
فِيْ النزهَةِ
Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda:
Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi
100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai
kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah
shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan
kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.
Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia
akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat
tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku,
juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga
dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal
itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun
kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab
shalawat ‘ala an-Nabi).
Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas
adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya
(istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk
umatnya pasti bermanfaat.
Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang
memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku
sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah.
Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)
KH Munawwir Abdul Fattah
Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta
sumber : http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11357
Tidak ada komentar:
Posting Komentar